Abstraksi
Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur
bulan Maret 2017 dibandingkan September 2016 turun sebesar 0,08 poin persen,
yaitu dari 11,85 persen pada September 2016 menjadi 11,77 persen pada Maret
2017.
Berdasarkan daerah kota dan desa,
selama satu semester (September 2016 s.d. Maret 2017) penduduk miskin di
perkotaan turun 0,04 poin persen, sedangkan di perdesaan turun 0,01 poin
persen.
Pada periode September 2016 s.d. Maret
2017, garis kemiskinan meningkat sebesar 3,92 persen atau naik Rp. 12.920 per
kapita per bulan, yaitu dari Rp. 329.172 per kapita per bulan pada September
2016 menjadi Rp. 342.092 per kapita per bulan pada Maret 2017. Kenaikan garis
kemiskinan di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan. Garis kemiskinan
perkotaan meningkat sebesar 4,53 persen, sedangkan garis kemiskinan perdesaan
meningkat hanya 3,25 persen.
Kenaikan garis kemiskinan tersebut,
meliputi garis kemiskinan makanan (5,40 persen untuk perkotaan dan 3,50 persen
untuk perdesaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (2,42 persen untuk
perkotaan dan 2,51 persen untuk perdesaan).
Berdasarkan komoditas makanan, ada 7
komoditas yang secara persentase memberikan kontribusi yang cukup besar pada
garis kemiskinan makanan yaitu beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur
ayam ras, daging ayam ras, tempe, dan tahu. Komposisi tersebut terjadi pada
semua wilayah baik di perdesaan maupun perkotaan.
Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) selama satu semester ini menunjukkan penurunan
sebesar 0,076 poin, yaitu dari 1,948 pada September 2016 menjadi 1.872 pada Maret
2017. Penurunan nilai P1 tersebut terjadi di perkotaan (0.155 poin), sedangkan
di perdesaan mengalami kenaikan (0,024 poin). Sementara itu, Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) juga mengalami penurunan 0,022 poin atau turun menjadi 0,451
pada Maret 2017. Penurunan kedua nilai yaitu P1 dan P2 memberikan indikasi
rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit.